Rabu, 18 Juli 2012

OBAT ANTIBIOTIK JANGAN DI CAMPUR SUSU


OBAT ANTIBIOTIK JANGAN DI CAMPUR SUSU

Obat yang mengandung unsur antibiotik sebaiknya di minum pada saat perut dalam keadaan kosong. Paling cepat 0,5 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Tujuanya, agar obat dapat diserap secara maksimal dari saluran cerna dan di harapkan di peroleh kadar yang optimal dalam darah untuk terapi.
Obat antibiotik terutama derivat tetrasiklin, sebaiknya tidak di minum bersama susu, atau obat sakit maag. Karena di dalam ketiganya terdapat unsur-unsur logam yang dapat berkaitan dengan obat antibiotik, sehingga mempersulit proses pencernaan dan penyerapan.
Tidak Cuma harus di minum selama jangka waktu tertentu, tapi sebaiknya obat antibiotik diminum dalam selang waktu yang teratur dan tetap. Misalnya yang harus diminum tiga kali sehari, berarti diminum dengan selang waktu kurang lebih delapan jam sekali. Bukan sekedar pagi, siang, dan sore dengan selang waktu yang berbeda-beda. Ini agar mendapatkan kadar obat dalam darah yang lebih stabil di sekitar kadar optimalnya untuk mencapai efek terapi.
Penderita penyakit hati dan ginjal harus lebih hati-hati dalam menggunakan antibiotik maupun obat-obatan lain. Karena pada umumnya obat antibiotik dicerna di hati dan dibuang melalui ginjal, sehingga dapat memperberat fungsi ginjal dan hati yang sudah mulai menurun. Gangguan fungsi kedua organ tersebut juga akan menyebabkan penimbunan dan peningkatan kadar obat antibiotik di dalam darah, sehingga makin memperbesar resiko timbulnya efek sampinganya yang tentunya tidak di harapkan.
Pada kasus tertentu misalnya demam thypoid (tipus), obat-obat antibiotik harus di minum terus sampai beberapa hari setelah gejala penyakit tersebut hilang. Ini di maksudkan untuk mengurangi kemampuan terjadinya karier (kuman masih mengendon di dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala sakit) yang dapat memicu kekambuhan atau penularan penyakit tersebut.
Berdasarkan sifat kerjanya terhadap bakteri, obat antibiotik terbagi dalam 2 golongan. Yaitu yang bersifat bakterisida (dapat membunuh bakteri) dan bersifat bakteriostatik (menghambat perumbuhan bakteri). Yang termasuk golongan pertama adalah derivate penicillin, sedangkan yang termasuk kedua yaitu derivate kloramfenikol, eritromisin dan sulfonamida.
Kombinasi atau di antara sesama obat antibiotik bakterisida atau diantara sesama obat antibiotik bakteriostatik, secara klinis tidak merugikan. Tetapi belum tentu juga lebih menguntungkan dibandingkan dengan preparat tunggal. Namun gabungan antara obat antibiotik bakteriostatik kadang-kadang dapat merugikan. Contohnya, kombinasi antara derivat tetrasiklin dan penisilin. Tetrasiklin yang menghambat pertumbuhan bakteri dan mengurangi kegunaan penicillin, karena penicillin justru bekerja aktif terhadap bakteri yang sedang tumbuh cepat. Walaupun demikian, ada juga kombinasi bakterisida-bakteriostatik yang ternyata menguntungkan secara empiris.
Yang perlu diingat, pemakaian obat antibiotik memang tidak boleh sembarangan, tetapi obat antibiotik bukanlah obat yang harus di takuti atau di hindari. Pemakainya yang terlambat justru dapat memperberat suatu penyakit, bahkan dapat berakibat fatal. oleh karena itu, gunakanlah obat antibiotic secara cermat dan tepat sesuai petunjuk dokter anda.
                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar