Kamis, 19 Juli 2012

Diare


DIARE


Penyakit yang satu ini mungkin tidak asing lagi di kalangan masyarakat, karena penyakit ini sering didapati pada masyarakat tanpa pandang umur baik orang dewasa, remaja, anak-anak sampai pada anak bayi. Sekilas diare memang dianggap suatu penyakit yang sudah biasa terjadi pada manusia mungkin salah makan dan sebagainya, akan tetapi perlu diwaspadai oleh karena penyakit ini bila dibiarkan tanpa penanganan sama sekali atau tanpa pengobatan dengan segera akan dapat berakibat fatal yang akan berakhir dengan kematian.
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan buang air besar dimana konsistensi tinja lembek sampai encer dan frekuensinya lebih dan tiga kali dalam sehari, dengan atau tanpa darah di dalam tinja, dengan atau tanpa lendir di dalam tinja. Diare yang bersifat akut adalah diare yang terjadinya secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi atau anak-anak, maupun pada dewasa sehat. Diare yang bersifat akut apabila tanpa atau dengan pengobatan belum ada perubahan, dapat berlanjut menjadi diare yang bersifat persisten apabila diare tersebut berlangsung selama 14 hari atau lebih.
Penyebab dari diare sangat bervariasi mulai dan sanitasi lingkungan yang kotor, higiene individu yang jelek, faktor infeksi, faktor alergi, sampai dengan yang disebabkan oleh psikologis yang tidak stabil. Faktor infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam infeksi mikro organisme, misalnya: Infeksi Virus (rotavirus, adenovirus), Infeksi bakten (shigella, salmonella, E.coli, vibro), Infeksi parasit (protozoa, cacing perut), dan jamur kandida. Diare juga dapat disebabkan dengan adanya gangguan penyerapan usus terhadap karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein. Dan faktor makanan atau pola makan yang tidak higienis bisa dimungkinkan timbulnya diare oleh karena makan­makanan yang sudah basi, makanan yang beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu. Penyebab lain adalah adanya gangguan terhadap kekuatan daya tahan tubuh, hawa yang dingin dan gangguan psikologis seperti rasa takut dan cemas, misalnya seperti pada seseorang yang akan menghadapai ujian atau test.
Pada dewasa mungkin kita tidak akan kesulitan untuk mendeteksi dan penanganan penyakit ini secara dini, akan teatapi perlu diwaspadai apabila diare ini terjadi pada anak­anak atau pada bayi. Pada anak-anak atau bayi awalnya anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat oleh karena adanya infeksi, nafsu makan menurun atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja konsistensinya makin cair, mungkin juga mengandung darah atau tidak, mengandung lendir atau tidak, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu, daerah anus dan sekitarnya menjadi lecet oleh karena iritasi dikarenakan tinja menjadi asam.
Gejala muntah dapat juga terjadi sebelum diare atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit dan diare dan muntah yang terus menerus, maka dapat terjadilah gejala kekurangan cairan yang dinamakan dehidrasi yang ditandai dengan berat badan anak yang turun, mata terlihat cekung, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering, merasa haus dan ingin terus minum, kulit lembek dan keriput ( turgor kulit menurun), dan buang air kecil sedikit. Selain itu oleh karena cairan yang keluar yang berupa air dan elektrolit tidak sesuai dan seimbang dengan cairan yang masuk, maka akan terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa yang ditandai dengan kadar gula darah yang menurun, gangguan gizi, gangguan sirkulasi peredaran darah dan gangguan pernapasan. Untuk diare yang berlangsung lama dapat terjadi kejang pada anak oleh karena dehidrasi yang dapat berakibat pada kematian.
Pada pasien diare penanganan pertama sangat diperlukan terutama dalam kebutuhan cairan baik pada anak-anak, bayi, maupun dewasa. Diare dengan konsistensi tinja encer dengan atau tanpa disentai dengan muntah membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat penyebab dari diare tersebut. Pada prinsipnya pemberian cairan harus seimbang, cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan muntahnya. Untuk cairan yang dianjurkan untuk diberikan seperti cairan oralit, cairan gula dan garam, makanan cair (sup, air tajin, minuman yoghurt) atau air yang dimasak terlebih dahulu, dan berikan larutan sebanyak anak mau hingga diare berhenti. Selain itu, berikan makanan pada anak untuk mencegah kekurangan gizi, ASI terus diberikan, sedangkan apabila anak mendapat susu tambahan dianjurkan untuk diencerkan dari pemberian biasanya. Bila pada anak penderita diare yang sudah mendapatkan makanan padat, dianjurkan untuk diberikan makanan bubur berikan motivasi anak untuk makan sedikitnya 6 kali dalam sehari, dapat diberikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah asupan kalium yang hilang keluar bersama diare dan muntah. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan setiap dari selama 2 minggu. Bila perlu dan anda sangat khawatir dengan kondisi anak anda, bawalah ke dokter atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Pada penderita dewasa mungkin tidak serumit pada anak-anak atau bayi. Pada orang dewasa, pemberian cairan tetap yang utama untuk mencegah timbulnya dehidrasi. Pemberian obat-obatan anti diare yang ada di toko obat bisa juga untuk diberikan, akan tetapi apabila sakit berlanjut, frekuensi buang air besar meningkat disertai muntah atau badan mulai panas, merupakan tanda adanya infeksi, dan dianjurkan untuk segera berobat ke dokter atau pelayanan kesehatan lainnya, sambil diperlukan makanan yang cukup gizi untuk perbaikan kondisi penderita diare pada orang dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar