Senin, 16 Juli 2012

Sehat Dengan Sedekah


SEHAT DENGAN SEDEKAH

Di zaman yang serba modern, semakin banyak bermunculan  jenis penyakit dan sangat variatif yang dapat mengancam dan menyerang manusia. Hal ini juga diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang juga berkembang pesat. Akan tetapi, sebagian besar manusia masih meragukan bahwa pengobatan medis dan kimiawi sebagai satu-satunya solusi untuk menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan mereka, sehingga muncul berbagai banyak pilihan untuk berobat, diantaranya; pengobatan akupuntur, pengobatan herbal, atau dengan pengobatan alternatif ke tabib, dukun, Kyai atau orang yang dianggap mempunyai suatu kelebihan, seperti fenomena Ponari, yang sempat menggemparkan masyarakat jawa timur. Anak usia sekolah dasar asal kota Jombang-Jawa Timur yang mempunyai kelebihan menyembuhkan orang sakit hanya dengan “batu”.
 Sebagai umat muslim kita harus banyak bersyukur, karena berdasarkan penelitian dan pengalaman empiris manusia, muncul metode pengobatan yang sudah ada mulai jaman Rasulullah saw, yang disebut pengobatan Ilahiyah. Pengobatan Ilahiyah akhir-akhir ini menjadi sorotan para umat Islam yang dapat menjadi solusi “ajaib” untuk menyembuhkan penyakit yang bersarang dalam tubuh manusia,  ketika pengobatan medis telah angkat tangan. Dalam edisi ini penulis akan mengangkat salah satu yang diterapkan dalam pengobatan Illahiyah, yaitu salah satu amalan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya yang akan membawa dampak positif di dunia dan di akherat, yaitu dengan ber-“sedekah”.
Banyak orang mungkin tidak mengerti atau mungkin bahkan tidak tahu kalau “sedekah” memiliki khasiat dan kekuatan yang amat dahsyat bagi umat manusia yang melaksanakannya. Mungkin oleh karena sedekah adalah sebuah amaliah ibadah yang kurang diminati oleh mayoritas kaum muslim, karena terkesan menyebabkan berkurangnya harta.
Sedekah berasal dari bahasa Arab, yaitu ash-shadaqah yang dalam arti bahasa mempunyai makna suatu yang dijadikan sedekah. Kata ini diambil dari huruf sha-da-qa yang diambil dari asal kata ash-shidiq yang berarti “benar”. Menurut al-Jurjani, sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk mengharap pahala Allah. Sementara ar-Raghib al-Isfahani mengatakan,”sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti zakat. Bedanya, sedekah untuk kategori sunnah, dan zakat untuk yang wajib.”
Banyak pendapat para Ulama Salaf tentang sedekah, yang merupakan amalan yang paling utama dari amalan-amalan lain, diantaranya :
·         Umar berkata,”Sesungguhnya, di akhirat kelak, amalan saling membanggakan diri. Maka sedekah berkata,”Aku yang paling utama dari kalian (amalan-amalan lain).”
·         Abdul Aziz bin Umair berkata,”Shalat mengantarkanmu menuju setengah perjalanan, puasa mengantarkanmu pada pintu kerajaan, dan sedekah memasukanmu ke dalamnya.”
·         Di dalam kitab Ihya Ulumudin jilid 1 halaman 226, Ibnu Abi al-Ja’d menegaskankan,”Sesungguhnya sedekah menolak 70 pintu keburukan .”
·         Dalam pendapat lain, Yahya bin Mu’adz dalam kitab al-Mustathraf beliau berkata,”Aku tidak tahu biji yang timbangannya sebanding gunung di dunia kecuali dari sedekah.”
·         Pendapat lainnya, Ali bin Abi Thalib berkata,” Siapa yang dikaruniakan harta oleh Allah, maka hendaknya menyambung silaturrahmi, menghormati tamu, menyenangkan yang sedih dan tawanan, orang yang dalam perjalanan (musafir), orang-orang fakir miskin, para mujahid, dan hendaknya bersabar menghadapi musibah, karena dengan semua ini kemuliaan dunia dan kebahagiaan di akhirat didapatkan.”
·         Abu Hatim as-Sibti berkata,” Bakhil adalah pohon di neraka yang dahannya ada di dunia. Siapa yang bergantung dengan dahan-dahannya, ia akan mendorongnya ke neraka. Sebagaimana dermawan adalah pohon di surga dan dahan-dahannya di dunia. Siapa yang bergantung dengan dahan-dahannya, maka ia akan mendorongnya ke surga, dan surga adalah rumah orang-orang dermawan.”

            Untuk golongan orang awam, mungkin mereka mengira semua hanya omong kosong  atau mereka menganggap omongan orang yang putus asa, bila mendengar bahwasanya “sedekah” merupakan salah satu obat mujarab untuk semua penyakit. Di dalam ilmu kedokteran secara teoritis ataupun praktek memang tidak ada, dan dipikir secara akal tidak mungkin semua itu bisa. Tapi perlu diingat bahwa “ Allah Maha Segalanya “. Allah berfirman :”Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya ,’Jadilah’, maka jadilah ia.” (Qs Maryam ayat 19). Di surat Yaasiin ayat 82 Allah juga berfirman:”Sesungguhnya perintah Allah jika menghendaki sesuatu hanya Kun (jadilah), maka terjadilah apa yang dikehendaki Allah.” Itulah kekuasaan Allah. Sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ummu Syarik:”Berobatlah, wahai haba-hamba Allah, karena Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit yaitu tua.” Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda:”Obat termasuk takdir. Obat bermanfaat bagi siapa yang Allah kehendaki berupa apa yang Allah kehendaki,”
            Dari kutipan firman Allah swt dan hadits Rasulullah saw diatas dapat dimaknai, Allah akan memberikan kesembuhan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah juga akan meletakkan obat sebagai sarana kesembuhan itu di mana saja yang Dia kehendaki. Mungkin obat itu ada di dalam obat-obat kimiawi,  di dalam jamu-jamu tradisional atau yang sejenisnya. Atau Allah berkehendak meletakkan obat bagi penyakit itu berada di dalam amalan ibadah, seperti sedekah. Bila Allah berkehendak, tidak ada kekuatan makhluk mana pun di muka bumi ini yang mampu menentang kehendak-Nya.
            Sedekah, sebagai salah satu obat yang mujarab  telah diutarakan oleh Rasulullah saw, seperti yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili dalam kitab Syu’abul Iman : Nabi saw telah bersabda : “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” Hadits yang lain diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, dari Abu Hudzaifah bin Yaman, Rasulullah saw bersabda :”Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa  dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar.”
            Dua hadits di atas jelas memuat legalitas dari Allah dan Rasul-Nya tentang khasiat obat-obatan ilahiyah dalam menghapus bencana, termasuk sakit, dari kehidupan manusia. Puasa, shalat, sedekah dan amar ma’ruf nahi munkar adalah jenis obat ilahiyah yang sering menjadi solusi atas kebuntuan obat-obatan medis dalam menyembuhkan penyakit. Bahkan dalam hadits pertama, Rasulullah saw secara tegas memeribtahkan kita untuk menggunakan obat Ilahiyah sedekah guna melawan penyakit. “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.”
            Timbul pertanyaan tentang bagaimana mekanisme sedekah dapat menyembuhkan penyakit, padahal secara lahiriah, sedekah hanyalah sebuah amalan ibadah semata, yang tidak memiliki efek medis apapun. Sehingga muncul pemikiran nggak nyambung pada kalangan masyarakat dan umat muslim.
            Kita buat suatu pemahaman, Muhammad Albani membagi alur logika yang berjalan di muka bumi ini menjadi dua jenis, sebut saja logika langit dan logika bumi. Logika bumi bias dipahami sebagai kerangka berpikir yang sering dibangun oleh manusia untuk memaknai realitas. Jika ada sesuatu atau kejadian yang keluar dari jangkauan pikir manusia, maka hal itu sering dianggap aneh dan tidak masuk akal. Olek karena itu alam ghaib dan makhluk-makhluk yang bersemayam di dalamnya termasuk perkara-perkara yang terjadi, tidak masuk di dalam unsure logika bumi, dikarenakan eksistensinya yang tidak dapat diraba oleh panca indera dan logika manusia.
            Sedangkan logika langit lebih merupakan kehendak Allah swt yang dijalankan sesuai dengan cara berpikirnya Allah, yang bertumpu pada Jurus ampuh Allah, yakni kun fayakun (jadilah, maka terjadilah). Apabila Allah menghendaki sesuatu, maka Dia tinggal berfirman ‘kun’ (jadilah), maka  ‘fayakun’, sesuatu itu pasti akan terjadi. Dan Allah Maha Berkuasa dalam segala hal. Allah swt berfirman:”Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya,’Jadilah, maka jadilah ia.” (Maryam ayat 35).
            Contoh kongkrit dari kebenaran logika langit ini terjadi pada kisah Nabi Zakariya as, yang digambarkan oleh Allah swt dalam firman-Nya :”Zakariya berkata,’Wahai Rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua  dan isteriku pun seorang yang mandul?’ Allah berfirman,’Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya’.” (Ali Imran ayat 40).
            Bila kita renungkan, Nabi Zakariya dalam kedudukannya sebagai manusia biasa juga melontarkan sebuah ungkapan yang berlandaskan logika bumi, “’Wahai Rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua  dan isteriku pun seorang yang mandul?” Maka, pertanyaan manusiawi tersebut dijawab oleh Allah dengan perspektif logika langit,”Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.”
            Logika manusia seringkali kurang tanggap untuk memahami alur pemikiran logika langit. Hanya orang yang beriman yang akan siap dan sanggup untuk memahami, mempercayai maupun menerima kebenaran logika langit. Logika langit merupakan misteri ilahiyah yang tidak semua orang mampu menguaknya.
            Menurut perspektif logika bumi, harta kita akan berkurang bila  disedekahkan kepada kaum fakir miskin. Suatu contoh, si fulan mempunyai uang Rp.1.000.000,- lalu disedekahkan Rp.50.000,- kepada yang membutuhkan. Menurut logika bumi, uang si fulan akan berkurang dan menjadi Rp.950.000,-
            Akan tetapi menurut logika langit uang si fulan tidak berkurang karena disedekahkan, bahkan akan menjadi berkembang. Karena Allah akan mengganti uang si fulan yang diinfakkan di jalan Allah, dengan pengganti yang lebih banyak. Rasulullah saw bersabda:”Harta itu tidak akan berkurang karena disedekahkan.” Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah saw bersabda bahwa Allah swt berfirman:”Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku akan berinfak pula kepadamu.”
            Belum ada dalam sejarah kehidupan manusia, seseorang akan menjadi bangkrut dan jatuh miskin lantaran gemar bersedekah. Rasulullah saw bersabda:”Tidaklah seseorang yang membuka pintu pemberian dengan cara bersedekah dan bersilaturahmi, kecuali dengan hal itu Allah akan menambahkan jumlah yang banyak kepadanya.” Di dalam hadits lain disebutkan:”Sesungguhnya malaikat penghuni salah satu pintu langit berkata,’Barangsiapa yang memberi pinjaman hari ini (bersedekah), niscaya akan dibalas esok hari’. Dan malaikat di pintu lainnya juga berkata,’Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak, dan percepat kemiskinan untuk orang yang kikir.”
            Faktor keimanan mempunyai peran utama untuk bisa mempercayai dan memahami logika langit, logika yang dibangun dengan kerangka berpikir al-Qur’an dan as-Sunnah. Adakah yang lebih haq dan akurat di dunia ini selain pemikiran al-Qur’an dan as-Sunnah?  

            Banyak saran-saran yang dapat menjadi masukan bagi seseorang yang akan melakukan sedekah sebagai terapi ilahiyah untuk penyakit yang dideritanya atau sanak keluarganya.
  • Niat dan Yakin.
Semua pekerjaan apapun  yang akan dilakukan, baik buruk hasilnya ditentukan oleh niat pelakunya. Niatkan beramal sedekah untuk kesembuhan penyakit yang diderita. Rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya, Dan sesungguhnya seseorang itu akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari). Serta yakin dan berperasangka baik, bahwa Allah akan mengabulkan niat kita.
  • Bersedekah dengan yang Terbaik
Allah Maha Baik, dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik saja. Dengan demikian, layaknya kita besedekah dengan harta atau barang yang baik. Allah swt berfirman:”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dai hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya. Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs Al-Baqarah ayat 267 ). Ada pendapat dalam hal ini, yang dimaksud harta yang baik,  baik secara kualitas dan kuantitas sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 92 :”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), hingga kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” Selain itu juga baik dalam mendapatkannya sehingga berstatus halal. Sabda Rasulullah saw:”Barangsiapa yang mengumpulkan harta yang haram, kemudian bersedekah dengannya, maka tidak ada pahala baginya, dan dosanya akan ditimpakan kepadanya .”
  • Bersedekah sampai Over Dosis.
Dalam pengobatan medis, mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan diluar aturan pakai dilarang dan sangat membahayakan jiwa manusia karena dapat merusak organ tubuh dan menyebabkan kematian. Namun over dosis dalam pengobatan ilahiyah dengan dilandasi rasa ikhlas tidak akan menyebabkan sesuatu yang fatal, malah sebaliknya, akan mempercepat proses kesembuhan. Ini perbedaan fenomena over dosis pengobatan ilahiyah dengan pengobatan lainnya. Subhanallah.
  • Ikhlas
Ikhlas adalah landasan semua amaliah termasuk bersedekah untuk menggapai ridha Allah swt. Walaupun kita seakan-akan memiliki tendensi lain dalam bersedekah, yakni ingin mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang menyerang. Meniatkan sedekah untuk kesembuhan, Insya Allah tidak meniadakan eksistensi keikhlasan yang murni karena Allah swt.
Sebuah amalan yang dilandasi keikhlasan yang besar dan sempurna, tentu juga akan mendapatkan balasan yang besar dan sempurna juga. Ada tujuh golongan yang dijamin selamat dan dilindungi oleh Allah di hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya, Rasulullah saw menyebutkan diantaranya adalah: “….Dan seseoang yang mengeluarkan sedekah kemudian menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanannya……”. Realisasi lain dari keikhlasan dalam sedekah di firmankan oleh Allah swt :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu denga menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat , lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang –orang  yang kafir.” (Al. Baqarah ayat 264).
  • Diberikan Tepat Sasaran
Sedekah sebaiknya diberikan kepada orang yang pantas untuk diberi agar berkah. Orang yang benar-benar membutuhkan, anak yatim yang miskin, shalih, dan bertakwa adalah sasaran yang tepat untuk bersedekah. Sabda Rasulullah saw:”Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang mukmin, dan janganlah memakan makananmu kecuali orang bertakwa.” (HR.Tarmidzi dan Abu Dawud). Sedekah tidak harus diberikan kepada manusia, sesuai hadits Nabi saw:”Di dalam setiap apa yang bernyawa ada pahalanya.” Dari hadits tersebut bisa dimaknai sedekah bisa diberikan kepada makhluk lain termasuk binatang.

Bersedekah jangan menunggu datangnya cobaan ataupun sakit, bersedekah yang utama adalah di saat kita dalam keadaan sehat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Seseorang datang menemui Rasulullah saw, dan bertanya,”Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?” Beliau pun bersabda:”Hendaklah engkau bersedekah dalam keadaan sehat, amat membutuhkannya, khawatir miskin, dan berangan-angan menjadi orang kaya. Janganlah menunda-nunda (sedekah), sehingga jika ajal telah sampai ke kerongkongan engkau berkata,’Untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian’. Padahal harta itu memang untuk si fulan.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Kita tidak bisa menolak jika sakit menghampiri, karena itu kehendak Allah. Dan walaupun kita sudah ikhtiar berobat ke dokter, alternative, termasuk berobat cara ilahiyah dengan sedekah, namun jika Allah berkehendak lain, kita harus menjumpai kematian, tidak ada yang bisa melepaskan diri dari cengkeraman maut, tidak ada yang mampu untuk menunda ataupun memajukannya. Allah swt berfirman:”Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (Qs.Yunus ayat 49).
Namun janganlah bersedih, sedekah yang dikeluarkan tidaklah sia-sia. Karena akan menjadi amal shalih yang akan dipetik hasilnya dan menjadi teman kita di akhirat  nanti, sabda Rasulullah saw:”Apabila manusia meninggal dunia, amalnya akan terputus kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bemanfaat, dan anak shalih yang selalu mendo’akan orang tuanya.” Selain itu, sedekahn juga akan mendesain kematian menjadi mati husnul khatimah. Rasulullah saw besabda:”Sesungguhnya sedekah itu benar-benar akan memadamkan kemurkaan Rabb dan mencegah kematian dalam keadaan suul khatimah.”(HR.Tirmidzi). Subhanallah
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar