SEHAT DENGAN SEDEKAH
Di zaman yang serba
modern, semakin banyak bermunculan jenis
penyakit dan sangat variatif yang dapat mengancam dan menyerang manusia. Hal
ini juga diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang juga
berkembang pesat. Akan tetapi, sebagian besar manusia masih meragukan bahwa pengobatan
medis dan kimiawi sebagai satu-satunya solusi untuk menyembuhkan penyakit dan
menjaga kesehatan mereka, sehingga muncul berbagai banyak pilihan untuk berobat,
diantaranya; pengobatan akupuntur, pengobatan herbal, atau dengan pengobatan
alternatif ke tabib, dukun, Kyai atau orang yang dianggap mempunyai suatu
kelebihan, seperti fenomena Ponari, yang sempat menggemparkan masyarakat jawa
timur. Anak usia sekolah dasar asal kota
Jombang-Jawa Timur yang mempunyai kelebihan menyembuhkan orang sakit hanya
dengan “batu”.
Sebagai umat muslim kita harus banyak
bersyukur, karena berdasarkan penelitian dan pengalaman empiris manusia, muncul
metode pengobatan yang sudah ada mulai jaman Rasulullah saw, yang disebut pengobatan
Ilahiyah. Pengobatan Ilahiyah akhir-akhir ini menjadi sorotan para umat Islam
yang dapat menjadi solusi “ajaib” untuk menyembuhkan penyakit yang bersarang
dalam tubuh manusia, ketika pengobatan
medis telah angkat tangan. Dalam edisi ini penulis akan mengangkat salah satu yang
diterapkan dalam pengobatan Illahiyah, yaitu salah satu amalan yang
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya yang akan membawa dampak positif di dunia dan
di akherat, yaitu dengan ber-“sedekah”.
Banyak orang
mungkin tidak mengerti atau mungkin bahkan tidak tahu kalau “sedekah” memiliki
khasiat dan kekuatan yang amat dahsyat bagi umat manusia yang melaksanakannya.
Mungkin oleh karena sedekah adalah sebuah amaliah ibadah yang kurang diminati
oleh mayoritas kaum muslim, karena terkesan menyebabkan berkurangnya harta.
Sedekah berasal
dari bahasa Arab, yaitu ash-shadaqah yang dalam arti bahasa mempunyai makna
suatu yang dijadikan sedekah. Kata ini diambil dari huruf sha-da-qa yang
diambil dari asal kata ash-shidiq yang berarti “benar”. Menurut al-Jurjani,
sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk mengharap pahala Allah. Sementara
ar-Raghib al-Isfahani mengatakan,”sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia
untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti zakat. Bedanya, sedekah untuk
kategori sunnah, dan zakat untuk yang wajib.”
Banyak pendapat
para Ulama Salaf tentang sedekah, yang merupakan amalan yang paling utama dari
amalan-amalan lain, diantaranya :
·
Umar
berkata,”Sesungguhnya, di akhirat kelak,
amalan saling membanggakan diri. Maka sedekah berkata,”Aku yang paling utama
dari kalian (amalan-amalan lain).”
·
Abdul
Aziz bin Umair berkata,”Shalat
mengantarkanmu menuju setengah perjalanan, puasa mengantarkanmu pada pintu
kerajaan, dan sedekah memasukanmu ke dalamnya.”
·
Di
dalam kitab Ihya Ulumudin jilid 1 halaman 226, Ibnu Abi al-Ja’d menegaskankan,”Sesungguhnya sedekah menolak 70 pintu
keburukan .”
·
Dalam
pendapat lain, Yahya bin Mu’adz dalam kitab al-Mustathraf beliau berkata,”Aku tidak tahu biji yang timbangannya
sebanding gunung di dunia kecuali dari sedekah.”
·
Pendapat
lainnya, Ali bin Abi Thalib berkata,”
Siapa yang dikaruniakan harta oleh Allah, maka hendaknya menyambung
silaturrahmi, menghormati tamu, menyenangkan yang sedih dan tawanan, orang yang
dalam perjalanan (musafir), orang-orang fakir miskin, para mujahid, dan
hendaknya bersabar menghadapi musibah, karena dengan semua ini kemuliaan dunia
dan kebahagiaan di akhirat didapatkan.”
·
Abu
Hatim as-Sibti berkata,” Bakhil adalah
pohon di neraka yang dahannya ada di dunia. Siapa yang bergantung dengan
dahan-dahannya, ia akan mendorongnya ke neraka. Sebagaimana dermawan adalah
pohon di surga dan dahan-dahannya di dunia. Siapa yang bergantung dengan
dahan-dahannya, maka ia akan mendorongnya ke surga, dan surga adalah rumah orang-orang
dermawan.”
Untuk golongan orang awam, mungkin mereka mengira semua
hanya omong kosong atau mereka
menganggap omongan orang yang putus asa, bila mendengar bahwasanya “sedekah”
merupakan salah satu obat mujarab untuk semua penyakit. Di dalam ilmu kedokteran
secara teoritis ataupun praktek memang tidak ada, dan dipikir secara akal tidak
mungkin semua itu bisa. Tapi perlu diingat bahwa “ Allah Maha Segalanya “.
Allah berfirman :”Apabila Dia telah
menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya ,’Jadilah’, maka jadilah
ia.” (Qs Maryam ayat 19). Di surat Yaasiin ayat 82 Allah juga berfirman:”Sesungguhnya perintah Allah jika menghendaki sesuatu hanya Kun
(jadilah), maka terjadilah apa yang dikehendaki Allah.” Itulah kekuasaan
Allah. Sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ummu Syarik:”Berobatlah, wahai haba-hamba Allah, karena
Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, kecuali satu
penyakit yaitu tua.” Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda:”Obat termasuk takdir. Obat bermanfaat bagi
siapa yang Allah kehendaki berupa apa yang Allah kehendaki,”
Dari kutipan firman Allah swt dan hadits
Rasulullah saw diatas dapat dimaknai, Allah akan memberikan kesembuhan kepada
orang yang dikehendaki-Nya. Allah juga akan meletakkan obat sebagai sarana
kesembuhan itu di mana saja yang Dia kehendaki. Mungkin obat itu ada di dalam
obat-obat kimiawi, di dalam jamu-jamu
tradisional atau yang sejenisnya. Atau Allah berkehendak meletakkan obat bagi
penyakit itu berada di dalam amalan ibadah, seperti sedekah. Bila Allah
berkehendak, tidak ada kekuatan makhluk mana pun di muka bumi ini yang mampu
menentang kehendak-Nya.
Sedekah, sebagai salah satu obat yang mujarab telah diutarakan oleh Rasulullah saw, seperti
yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili dalam kitab Syu’abul Iman : Nabi
saw telah bersabda : “Obatilah orang yang
sakit di antara kalian dengan sedekah.” Hadits yang lain diriwayatkan oleh
Bukhari-Muslim, dari Abu Hudzaifah bin Yaman, Rasulullah saw bersabda :”Ujian yang menimpa seseorang pada
keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan
amar ma’ruf nahi munkar.”
Dua hadits di atas jelas memuat legalitas dari Allah dan
Rasul-Nya tentang khasiat obat-obatan ilahiyah dalam menghapus bencana,
termasuk sakit, dari kehidupan manusia. Puasa, shalat, sedekah dan amar ma’ruf
nahi munkar adalah jenis obat ilahiyah yang sering menjadi solusi atas
kebuntuan obat-obatan medis dalam menyembuhkan penyakit. Bahkan dalam hadits
pertama, Rasulullah saw secara tegas memeribtahkan kita untuk menggunakan obat
Ilahiyah sedekah guna melawan penyakit. “Obatilah
orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.”
Timbul pertanyaan tentang bagaimana mekanisme sedekah dapat
menyembuhkan penyakit, padahal secara lahiriah, sedekah hanyalah sebuah amalan
ibadah semata, yang tidak memiliki efek medis apapun. Sehingga muncul pemikiran
nggak nyambung pada kalangan masyarakat dan umat muslim.
Kita buat suatu pemahaman, Muhammad Albani membagi alur
logika yang berjalan di muka bumi ini menjadi dua jenis, sebut saja logika langit dan logika bumi. Logika bumi bias dipahami sebagai kerangka berpikir
yang sering dibangun oleh manusia untuk memaknai realitas. Jika ada sesuatu
atau kejadian yang keluar dari jangkauan pikir manusia, maka hal itu sering
dianggap aneh dan tidak masuk akal. Olek karena itu alam ghaib dan
makhluk-makhluk yang bersemayam di dalamnya termasuk perkara-perkara yang
terjadi, tidak masuk di dalam unsure logika bumi, dikarenakan eksistensinya
yang tidak dapat diraba oleh panca indera dan logika manusia.
Sedangkan logika langit lebih merupakan kehendak Allah
swt yang dijalankan sesuai dengan cara berpikirnya Allah, yang bertumpu pada
Jurus ampuh Allah, yakni kun fayakun (jadilah, maka terjadilah). Apabila Allah
menghendaki sesuatu, maka Dia tinggal berfirman ‘kun’ (jadilah), maka ‘fayakun’, sesuatu itu pasti akan terjadi.
Dan Allah Maha Berkuasa dalam segala hal. Allah swt berfirman:”Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka
Dia hanya berkata kepadanya,’Jadilah, maka jadilah ia.” (Maryam ayat 35).
Contoh kongkrit dari kebenaran logika langit ini terjadi
pada kisah Nabi Zakariya as, yang digambarkan oleh Allah swt dalam firman-Nya :”Zakariya berkata,’Wahai Rabbku, bagaimana
aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?’ Allah
berfirman,’Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya’.” (Ali Imran ayat 40).
Bila kita renungkan, Nabi Zakariya dalam kedudukannya
sebagai manusia biasa juga melontarkan sebuah ungkapan yang berlandaskan logika
bumi, “’Wahai Rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat
tua dan isteriku pun seorang yang
mandul?” Maka, pertanyaan manusiawi tersebut dijawab oleh Allah dengan
perspektif logika langit,”Allah berbuat sesuai dengan apa yang
dikehendaki-Nya.”
Logika manusia seringkali kurang tanggap untuk memahami
alur pemikiran logika langit. Hanya orang yang beriman yang akan siap dan
sanggup untuk memahami, mempercayai maupun menerima kebenaran logika langit.
Logika langit merupakan misteri ilahiyah yang tidak semua orang mampu
menguaknya.
Menurut perspektif logika bumi, harta kita akan berkurang
bila disedekahkan kepada kaum fakir
miskin. Suatu contoh, si fulan mempunyai uang Rp.1.000.000,- lalu disedekahkan
Rp.50.000,- kepada yang membutuhkan. Menurut logika bumi, uang si fulan akan
berkurang dan menjadi Rp.950.000,-
Akan tetapi menurut logika langit uang si fulan tidak
berkurang karena disedekahkan, bahkan akan menjadi berkembang. Karena Allah
akan mengganti uang si fulan yang diinfakkan di jalan Allah, dengan pengganti
yang lebih banyak. Rasulullah saw bersabda:”Harta
itu tidak akan berkurang karena disedekahkan.” Dalam sebuah hadits qudsi,
Rasulullah saw bersabda bahwa Allah swt berfirman:”Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku akan berinfak pula
kepadamu.”
Belum ada dalam sejarah kehidupan manusia, seseorang akan
menjadi bangkrut dan jatuh miskin lantaran gemar bersedekah. Rasulullah saw
bersabda:”Tidaklah seseorang yang membuka
pintu pemberian dengan cara bersedekah dan bersilaturahmi, kecuali dengan hal
itu Allah akan menambahkan jumlah yang banyak kepadanya.” Di dalam hadits
lain disebutkan:”Sesungguhnya malaikat
penghuni salah satu pintu langit berkata,’Barangsiapa yang memberi pinjaman
hari ini (bersedekah), niscaya akan dibalas esok hari’. Dan malaikat di pintu
lainnya juga berkata,’Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak, dan
percepat kemiskinan untuk orang yang kikir.”
Faktor keimanan mempunyai peran utama untuk bisa
mempercayai dan memahami logika langit, logika yang dibangun dengan kerangka
berpikir al-Qur’an dan as-Sunnah. Adakah yang lebih haq dan akurat di dunia ini
selain pemikiran al-Qur’an dan as-Sunnah?
Banyak saran-saran yang dapat menjadi masukan bagi
seseorang yang akan melakukan sedekah sebagai terapi ilahiyah untuk penyakit
yang dideritanya atau sanak keluarganya.
- Niat dan Yakin.
Semua pekerjaan
apapun yang akan dilakukan, baik buruk
hasilnya ditentukan oleh niat pelakunya. Niatkan beramal sedekah untuk
kesembuhan penyakit yang diderita. Rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya, Dan sesungguhnya
seseorang itu akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.”
(HR Bukhari). Serta yakin dan berperasangka baik, bahwa Allah akan mengabulkan
niat kita.
- Bersedekah dengan yang Terbaik
Allah Maha Baik,
dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik saja. Dengan demikian, layaknya
kita besedekah dengan harta atau barang yang baik. Allah swt berfirman:”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah
(di jalan Allah) sebagian dai hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya. Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah,
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs Al-Baqarah ayat 267 ). Ada
pendapat dalam hal ini, yang dimaksud harta yang baik, baik secara kualitas dan kuantitas sesuai
dengan firman Allah dalam surat
Ali Imran ayat 92 :”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebaikan (yang sempurna), hingga kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.” Selain itu juga baik dalam mendapatkannya sehingga
berstatus halal. Sabda Rasulullah saw:”Barangsiapa
yang mengumpulkan harta yang haram, kemudian bersedekah dengannya, maka tidak
ada pahala baginya, dan dosanya akan ditimpakan kepadanya .”
- Bersedekah sampai Over Dosis.
Dalam pengobatan
medis, mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan diluar aturan pakai dilarang
dan sangat membahayakan jiwa manusia karena dapat merusak organ tubuh dan
menyebabkan kematian. Namun over dosis dalam pengobatan ilahiyah dengan
dilandasi rasa ikhlas tidak akan menyebabkan sesuatu yang fatal, malah
sebaliknya, akan mempercepat proses kesembuhan. Ini perbedaan fenomena over
dosis pengobatan ilahiyah dengan pengobatan lainnya. Subhanallah.
- Ikhlas
Ikhlas adalah
landasan semua amaliah termasuk bersedekah untuk menggapai ridha Allah swt.
Walaupun kita seakan-akan memiliki tendensi lain dalam bersedekah, yakni ingin
mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang menyerang. Meniatkan sedekah untuk
kesembuhan, Insya Allah tidak meniadakan eksistensi keikhlasan yang murni
karena Allah swt.
Sebuah amalan yang
dilandasi keikhlasan yang besar dan sempurna, tentu juga akan mendapatkan
balasan yang besar dan sempurna juga. Ada
tujuh golongan yang dijamin selamat dan dilindungi oleh Allah di hari yang
tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya, Rasulullah saw menyebutkan
diantaranya adalah: “….Dan seseoang yang
mengeluarkan sedekah kemudian menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanannya……”. Realisasi
lain dari keikhlasan dalam sedekah di firmankan oleh Allah swt :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu denga menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat , lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang –orang
yang kafir.” (Al. Baqarah
ayat 264).
- Diberikan Tepat Sasaran
Sedekah sebaiknya
diberikan kepada orang yang pantas untuk diberi agar berkah. Orang yang
benar-benar membutuhkan, anak yatim yang miskin, shalih, dan bertakwa adalah
sasaran yang tepat untuk bersedekah. Sabda Rasulullah saw:”Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang mukmin, dan
janganlah memakan makananmu kecuali orang bertakwa.” (HR.Tarmidzi dan Abu Dawud). Sedekah tidak harus diberikan kepada
manusia, sesuai hadits Nabi saw:”Di dalam
setiap apa yang bernyawa ada pahalanya.” Dari hadits tersebut bisa dimaknai
sedekah bisa diberikan kepada makhluk lain termasuk binatang.
Bersedekah jangan
menunggu datangnya cobaan ataupun sakit, bersedekah yang utama adalah di saat
kita dalam keadaan sehat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
Seseorang datang menemui Rasulullah saw, dan bertanya,”Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar
pahalanya?” Beliau pun bersabda:”Hendaklah
engkau bersedekah dalam keadaan sehat, amat membutuhkannya, khawatir miskin,
dan berangan-angan menjadi orang kaya. Janganlah menunda-nunda (sedekah),
sehingga jika ajal telah sampai ke kerongkongan engkau berkata,’Untuk si fulan
sekian, untuk si fulan sekian’. Padahal harta itu memang untuk si fulan.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Kita tidak bisa
menolak jika sakit menghampiri, karena itu kehendak Allah. Dan walaupun kita
sudah ikhtiar berobat ke dokter, alternative, termasuk berobat cara ilahiyah
dengan sedekah, namun jika Allah berkehendak lain, kita harus menjumpai
kematian, tidak ada yang bisa melepaskan diri dari cengkeraman maut, tidak ada
yang mampu untuk menunda ataupun memajukannya. Allah swt berfirman:”Apabila telah datang ajal mereka, maka
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula)
mendahulukannya.” (Qs.Yunus ayat
49).
Namun janganlah
bersedih, sedekah yang dikeluarkan tidaklah sia-sia. Karena akan menjadi amal
shalih yang akan dipetik hasilnya dan menjadi teman kita di akhirat nanti, sabda Rasulullah saw:”Apabila manusia meninggal dunia, amalnya
akan terputus kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bemanfaat,
dan anak shalih yang selalu mendo’akan orang tuanya.” Selain itu, sedekahn juga
akan mendesain kematian menjadi mati husnul khatimah. Rasulullah saw besabda:”Sesungguhnya sedekah itu benar-benar akan
memadamkan kemurkaan Rabb dan mencegah kematian dalam keadaan suul khatimah.”(HR.Tirmidzi). Subhanallah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar