Sabtu, 25 April 2015

Ajaran dan Dzikir Sunan Kalijaga

Siapa yang tak mengenal tembang di atas? Selain Lir-ilir, ada lagi
tembang Gundul Pacul dan lain sebaginya. Tembang itu adalah ciptaan
kanjeng Sunan Kalijaga, alias Raden Said (Raden Sahid) yang sering
disebut sebagai wali orisinil. Walapun ada pula yang menyebutkan bahwa
tembang Lir-ilir itu karya Sunan Bonang. Namanya akrab di telinga
Islam Jawa. Dan, nyatanya dialah satu-satunya wali yang bisa diterima
oleh berbagai pihak, baik oleh mutihan atau abangan, santri atau awam.

Sunan Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta atau Raden Sahur. Tumenggung Wilatikta sering disebut Raden
Sahur walau dia termasuk keturunan Ranggalawe yang beragama Hindu
tetapi Raden Sahur sendiri sudah masuk agama Islam. Nama lain Sunan
Kalijaga antara lain Lokajaya, Syek Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden
Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga
berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga
berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.
Ada pula yang menyatakan, asalnya dari kata jaga (menjaga) dan kali
(sungai). Versi ini berdasarkan pada penantian Lokajaya akan
kedatangan Sunan Bonang selama tiga tahun, di tepi sungai.

Sunan Kalijaga dilukiskan hidup dalam empat era pemerintahan, yaitu
masa Majapahit (sebelum 1478), Kesultanan Demak (1481-1546),
Kesultanan Pajang (1546-1568), dan awal pemerintahan Mataram
(1580-an). Begitulah yang dinukilkan Babad Tanah Jawi, yang memerikan
kedatangan Sunan Kalijaga ke kediaman Panembahan Senapati di Mataram.
Dengan demikian diperkirakan masa hidup Sunan Kalijaga mencapai lebih
dari 100 tahun.

Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi
Saroh binti Maulana Ishaq, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Raden
Umar Sahid) (Sunan Muria), Dewi Rakayuh, dan Dewi Sofiah. Dengan
demikian Sunan Kalijaga adalah ipar dari Sunan Giri. Pasalnya, Sunan
Giri adalah putra dari Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu. Ketika wafat,
beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara).

Sunan Kalijaga, seperti halnya Syekh Siti Jenar, memang menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa melalui sisi budaya. Islam menemui banyak
halangan untuk berkembang di tanah Jawa karena bertemu dengan kultur
yang sudah sangat kuat, yaitu kultur Hindu/Buddha di bawah pengaruh
kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga melakukan
transmogrifikasi dengan memasukkan unsur-unsur Islam dalam
budaya-budaya Jawa seperti memasukannya ke dalam syair-syair macapat,
memodifikasi wayang kulit, menciptakan lagu yang sangat terkenal Lir-
ilir, dan sebagainya.

Buku ini tidak sededar bertutur kata tentang kisah Sunan Kalijaga,
tetapi mengungkap ajaran serta amalan yang diwariskan, seperti doa-doa
(kidung) baik yang berbahasa Jawa maupun yang diambil dari ma'surat.
Dengan demikian kita bisa lebih paham ajaran (pesan) kearifan Sunan
Kalijaga serta bisa mendapatkan khazanan lama yang berharga. Sebagai
contohnya, wejangan dibalik tembang Lir-ilir dan wejangan tentang
pacul.

Wejangan dibalik tembang Lir-ilir

Bila kita renungkan secara mendalam apa yang tersirat dari suratan
tembang Lir-ilir tersebut secara globalnya adalah sebagai berikut:

*) Bait pertama, mulai bangkitnya Islam.

*) Bait kedua, merupakan perintah untuk melaksanakan kelima Rukun Islam.

*) Bait ketiga, bertobat, memperbaiki kesaahan-kesalahan yang pernah
dilakukan. Kesemuanya untuk bekal kelak bila mati.

*) Dan bait selanjutnya mempunyai arti yang menyimpulkan mumpung ada
kesempatan baik.

Wejangan tentang Pacul

Wejangan Sunan Kalijaga tentang Pacul yang diberikan kepada Ki Ageng
Sela juga sangat menarik untuk dikaji. Wejangan yang nampaknya
sederhana itu bermakna sangat dalam.

Pacul atau cangkul merupakan senjata utama andalan para petani.
Senjata yang ampuh ini digunakan untuk mengolah lahan pertanian.
Menurut wejangan Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Sela, cangkul terdiri
dari 3 bagian, yaitu: 1) Pacul (bagian yang tajam), 2) Bawak
(lingkaran tempat batang doran), dan 3) Doran (batang kayu untuk
pegangan cangkul).

1) Pacul. Pacul dari kata: ngipatake barang kang muncul, artinya
membuang bagian yang mendugul (semacam benjolan yang tidka rata).
Sifatnya memperbaiki. Sebagai umat Islam, kita harus selalu berbuat
baik dan selalu memperbaiki hidup kita yang penuh dosa. Maka, seperti
halnya pacul yang baik, yaitu kuat dan tajam, kita harus kuat iman,
tajam pikiran kita untuk berbuat kebaikan. Jadi, falsafah pacul
tersebut mengandung makna ajaran agama yang tinggi nilainya.

2) Bawak. Bawak dari kata obahing awak, artinya geraknya tubuh.
Maksudnya: sebagai orang hidup wajib bergerak tubuh akan menjadi
sehat. Arti istilah yang luas, bahwa sebagai manusia kita wajib
berikhtiar, seperti halnya bekerja untuk memperoleh nafkah dunia dan
bergerak mengerjakan shalat untuk memperoleh nafkah batin.

3) Doran. Doran dari kata donga marang Pangeran, artinya berdo'a
kepada Tuhan. Maksudnya: kita manusia sebagai umat harus selalu
berdo'a kepada Tuhan, yakni Allah SWT. Karena do'a ini juga bagian
vital dari ibadah. Apalagi shalat lima waktu merupakan kewajiban umat
Islam yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, harus dilaksanakan
sepenuhnya.

--
Best Regard
joecgp
08562954111 pin BB 29ef149b
Visit Us at ;
http://meninggikanbadan.web.id
http://tumbasbuku.com
http://belibukuonline.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar