Senin, 03 September 2012

SAHABAT MA'HAD MUGNIYAH


SAHABAT DEDE AMINUDIN AL-HAJJ


KANJENG GURU


MA'HAD TEE-BEE


KH.MUSTOFA BISRI


PRIBADI MUSLIM


IKHLAS


PERKARA PERUSAK AMAL



1.      Kufur, Syirik, Murtad, dan Nifaq.

Wahai orang Muslim, wahai hamba Allah! Ketahuilah, siapa yang mati dalam keadaan kafir atau musyrik atau murtad, maka segala amal yang baik tidak ada manfaatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti shadaqah, silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga dan lain-lainnya. Sebab di antara syarat taqarrub adalah mengetahui siapa yang didekati. Sementara itu orang kafir tidak begitu. Maka secara spontan amalnya menjadi rusak dan sia-sia.
Allah berfirman: "Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya" [Al-Baqarah: 217].

Shalawat Sya’baniyah


Shalawat di Bulan Sya'ban
Shalawat ini dianjurkan untuk dibaca di bulan Sya’ban setiap matahari tergelincir, juga dianjurkan dibaca di malam Nishfu Sya’ban.
بسم الله الرحمن الرحيم
اَللًّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ، وَمَوْضِعِ الرِّسالَةِ، وَمُخْتَلَفِ الْمَلائِكَةِ، وَمَعْدِنِ الْعِلْمِ، وَاَهْلِ بَيْتِ الْوَحْىِ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad syajaratin nubuwwah, wa mawdhi’ir risâlah, wa mukhtalifil malâikah, wa ma’dinil ‘ilmi, wa ahli baytil wahyi.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, mereka adalah pohon kenabian, pengemban risalah, tempat silih-berganti turunnya para malaikat, khazanah ilmu, keluarga tempat turunnya wahyu.
اَللًّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد الْفُلْكِ الْجارِيَةِ فِي اللُّجَجِ الْغامِرَةِ، يَأْمَنُ مَنْ رَكِبَها، وَيَغْرَقُ مَنْ تَرَكَهَا، الْمُتَقَدِّمُ لَهُمْ مارِقٌ، وَالْمُتَاَخِّرُ عَنْهُمْ زاهِقٌ، وَاللاّزِمُ لَهُمْ لاحِقٌ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad al-fulkil jâriyah fil lujajil ghâmirah, ya’manu man rakibaha, wa yaghraqu man tarakaha, al-mutaqaddimu lahum mâriq, wal-mutaakhkhiru ‘anhum zâhiq, wal-lâzimu lhum lâhiq.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, mereka bagaikan bahtera yang mengarungi gelombang samudera yang bergemuruh, akan selamat orang yang menaikinya dan akan tenggelam orang yang meninggalkannya ,akan  tersesat orang yang mendahului mereka, akan binasa orang yang tertinggal dari mereka, dan akan beruntung orang yang mengikuti mereka.
اَللًّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، الْكَهْفِ الْحَصينِ، وَغِياثِ الْمُضْطَرِّ الْمُسْتَكينِ، وَمَلْجَأِ الْهارِبينَ، وَعِصْمَةِ الْمُعْتَصِمينَ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad al-kahfil hashîn, wa ghiyâtsil mudhtharril mustakîn, wa maljail hâribîn, wa ‘ishmatil mu’tshimîn.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, mereka adalah benteng yang kokoh, penolong orang-orang yang menderita dan kesulitan, pelindung mereka yang ketakutan, dan penjaga mereka yang mencari perlindungan.
اَللًّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد صَلاةً كَثيرَةً، تَكُونُ لَهُمْ رِضاً وَلِحَقِّ مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد اَداءً وَقَضاءً، بِحَوْل مِنْكَ وَقُوَّة يا رَبَّ الْعالَمينَ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad shalâtan katsîrah, takûnu lahum ridhâ, wa lihaqqi Muhammadin wa âli Muhammadin adâan wa wa qadhâan, bihawlin minka wa quwwatin yâ Rabbal ‘alamîn.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, shalawat yang banyak, yang membuat mereka ridha, dan agar memenuhi  hak Muhammad dan keluarga Muhammad  aku melakukan dan menunaikan, dengan daya dan kekuatan dari-Mu ya Rabbal ‘alamin.
اَللًّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، الطَّيِّبينَ الاَْبْرارِ الاَْخْيارِ، الَّذينَ اَوْجَبْتَ حُقُوقَهُمْ، وَفَرَضْتَ طاعَتَهُمْ وَوِلايَتَهُمْ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad ath-thayyibînal abrâril akhyâr, alladzî awjabta huqûqahum, wa faradhta thâ’atahum wa wilâyatahum.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad  yang baik dan terpilih, yang Kau tetapkan hak-hak mereka, dan Kau wajibkan ketaatan kepada mereka dan berwilayah kepada mereka.
اَللًّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَاعْمُرْ قَلْبي بِطاعَتِكَ، وَلا تُخْزِني بِمَعْصِيَتِكَ، وَارْزُقْني مُواساةَ مَنْ قَتَّرْتَ عَلَيْهِ مِنْ رِزْقِكَ بِما وَسَّعْتَ عَلَيَّ مِنْ فَضْلِكَ، وَنَشَرْتَ عَلَيَّ مِنْ عَدْلِكَ، وَاَحْيَيْتَني تَحْتَ ظِلِّكَ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad, wa’mur qalbî bithâ’atika, wa lâ tukhzinî bima’shiyatika, warzuqnî muwâsâta man qattarta ‘alayhi mir rizqika bimâ wassa’ta ‘alayya min fadhlika, wa nasyarta ‘alayya min ‘adlika, wa ahyaytani tahta zhillika.
Ya Allah,  sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, penuhi hatiku dengan ketaatan pada-Mu, jangan hinakan aku dengan kemaksiatan pada-Mu. Anugerahkan padaku rejeki yang luas dari  karunia-Mu sehingga aku dapat membantu orang-orang yang kurang mampu, dengan rejeki yang telah Kau limpahkan padaku, keadilan-Mu yang Kau tebarkan padaku, dan kehidupan yang Kau anugrahkan padaku di bawah naungan-Mu.
وَهذا شَهْرُ نَبِيِّكَ سَيِّدِ رُسُلِكَ، شَعْبانُ الَّذي حَفَفْتَهُ مِنْكَ بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوانِ، الَّذي كانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلَّمَ يَدْاَبُ في صِيامِه وَقِيامِه في لَياليهِ وَاَيّامِه بُخُوعاً لَكَ في اِكْرامِه وَاِعْظامِه اِلى مَحَلِّ حِمامِهِ
Wa hâdzâ syahru nabiyyika sayyidi rusulika, sya’bânul ladzî hafaftahu minka bir-rahmati war-ridhwân, allâdzî kâna Rasûlullâhi shallallâhu ‘alayhi wa âlihi wa sallam yad-abu fî shiyâmihi wa qiyâmihi fî layâlihi wa ayyâmihi, bukhû’an laka fi ikrâmihi wa i’zhâmihi ilâ mahalli himâmihi.
Bulan ini adalah bulan Nabi-Mu penghulu para rasul. Yaitu bulan Sya’ban, bulan yang Engkau liputi dengan rahmat dan ridha-Mu, bulan Rasulullah saw bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa dan ibadah di saat-saat malamnya dan siangnya karena kerinduan pada-Mu dalam memuliakan-Mu dan mengagungkan-Mu sampai ia kembali ke hadirat-Mu.
اَللًّهُمَّ فَاَعِنّا عَلَى الاْسْتِنانِ بِسُنَّتِه فيهِ، وَنَيْلِ الشَّفاعَةِ لَدَيْهِ، اَللًّهُمَّ وَاجْعَلْهُ لي شَفيعاً مُشَفَّعاً وَطَريقاً اِلَيْكَ مَهيعاً
Allâhumma fa-a’innâ ‘alal istinâni bisunnatihi fîhi, wa naylisy syafâ’ati ladayhi. Allâhumma waj’alhulî syafî’an musyaffa’an, wa tharîqan ilayka mahî’an.
Ya Allah, bantulah kami di dalamnya untuk mengikuti sunnahya dan memperoleh syafaatnya. Ya Allah, jadikan beliau pemberi syafaat bagiku dan aku mendapat syafaatnya. Jadikan beliau jalan cahaya bagiku dalam perjalanan  menuju-Mu.
وَاجْعَلْني لَهُ مُتَّبِعاً حَتّى اَلْقاكَ يَوْمَ الْقِيامَةِ عَنّي راضِياً، وَ عَنْ ذُنُوبي غاضِياً، قَدْ اَوْجَبْتَ لي مِنْكَ الرَّحْمَةَ وَالرِّضْوانَ، وَاَنْزَلْتَني دارَ الْقَرارِ وَمَحَلَّ الاَْخْيارِ
Waj’alnî lahu muttabi’an hattâ alqâka yawmal qiyâmati ‘annî râdhiyan, wa ‘an dzunûbî ghâdhiyan, qad awjabtalî minkar rahmata war-ridhwân, wa anzaltanî dâral qarâri wa mahallil akhyâr.
Jadikan aku pengikutnya sehingga Engkau ridha padaku di hari kiamat, Engkau ampuni dosa-dosaku dan Engkau wajibkan bagiku rahmat dan ridha-Mu. Tempatkan aku di tempat yang abadi dan kediaman yang pilihan.
(Mafâtihul Jinân, bab2, bulan Sya’ban)

Shalawat Tarhim




اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ
يَا اِمَامَ اْلمُجَاهِدِينَ يَا رَسُولَ اللهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ
يَا نَاصِرَ اْلهُدَى يَا خَيْرَ خَلْقِ اللهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ
يَا نَاصِرَ اْلحَقِّ يَا رَسُولَ اللهِ
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ
يَا مَنْ اَسْرَى بِكَ اْلمُهَيْمِنُ لَيْلاً نِلْتَ مَانِلْتَ وَاْلاَنَامُ نِيَامٌ
وَتَقَدَّمْتَ لِلصَّلاَةِ فَصَلَّى كُلُّ مَنْ فِي السَّمَآءِ وَاَنْتَ اْلإمَامُ
وَاِلَى اْلمُنْتَهَى رُفِعْتَ كَرِيمًا
وَاِلَى اْلمُنْتَهَى رُفِعْتَ كَرِيمًا وَسَمِعْتَ النِّدَآءَ عَلَيْكَ السَّلاَمُ
يَا كَرِيْمَ اْلأَخْلاَقِ يَا رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِكَ وَاَصْحَابِكَ اَجْمَعِينَ

Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ imâmal mujâhidîn yâ Rasûlallâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ nâshiral hudâ yâ khayra khalqillâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ nâshiral haqqi yâ Rasûlallâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ Man asrâ bikal muhayminu laylan nilta mâ nilta wal-anâmu niyâmu
Wa taqaddamta lish-shalâti fashallâ kulu man fis-samâi wa antal imâmu
Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman
Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman wa sai’tan nidâ ‘alaykas salâm
Yâ karîmal akhlâq yâ Rasûlallâh
Shallallâhu ‘alayka wa ‘alâ âlika wa ashhâbika ajma’în

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu
duhai pemimpin para pejuang di jalan Allah, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu
duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu
Duhai penegak kebenaran, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi
Engkau memperoleh karunia di saat semua manusia tidur
Semua penghuni langit melakukan shalat di belakangmu
dan engkau menjadi imam mereka
Engkau diberangkatkan ke Sitratul Muntaha karena kemulianmu
dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu
Duhai yang akhlaknya paling mulia, ya Rasulullah
Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu, pada keluargamu dan sahabatmu.

Wassalam

Ingin Khusyu' Shalat, Pahami Bacaan Shalatmu!


Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Memahami bacaan shalat serta merenunginya merupakan salah satu jalan untuk meraih kekhusyu'an. Bahkan menjadi salah satu jalan utamanya. Rasanya orang yang jahil terhadap makna-makna yang dibacanya dari Al-Qur'an dan dzikir-dzikir dalam shalat sangat sulit sekali untuk mendapatkan kekhusyu'an. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Muhammad Shalih al-Munajid dalam 33 Sababab Lil Khusyu' Fish Shalah, pada urutan ke empat.
Dalam bagian ini, Syaikh Al-Munajid menganjurkan bagi orang yang melaksanakan shalat untuk memahami bacaan Al-Qur'an yang dilantunkan dalam shalat. Lalu beliau menunjukkan cara untuk memahami Al-Qur'an, yaitu dengan memperhatikan tafsir Al-Qur'an sebagimana yang dikatakan oleh Ibnu Jarir rahimahullah,
"Sesungguhnya aku heran dengan orang-orang yang membaca Al-Qur'an, sedangkan ia tidak memahami takwil (tafsir)nya, mana mungkin dia dapat menikmati bacaannya." (Pendahuluan Tafsir al-Thabari, Mahmud Syakir: I/10)
Karenanya, sangat dianjurkan bagi orang yang membaca Al-Qur'an untuk membaca juga kitab-kitab tafsir. Jika tidak sempat, maka dianjurkan untuk membaca ringkasannya. Kalau masih juga berat, dianjurkan membaca kitab-kitab yang menerangkan kalimat-kalimat yang sulitnya. Dan bagi kita, orang Ajam yang tidak berbicara dengan bahasa Arab, dianjurkan untuk membaca tarjamahnya. Semua ini agar kita bisa memahami bacaan Al-Qur'an yang dilantunkan dalam shalat sehingga kita mampu merenunginya, lalu tumbuh kekhusyu'an dalam diri kita.
Ketika seseorang memahami arti dan maksud ayat yang dibacanya memungkinkan dia untuk mengulang-ulang ayat tersebut guna lebih meresapinya dan memperkuat perasaannya. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdiri melaksanakan qiyamul lail semalaman hanya membaca satu ayat yang diulang-ulangnya hingga pagi, yaitu firman Allah,
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Yang maknanya kurang lebih, "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Maidah: 118)
Seseorang yang memahami makna ayat yang dibaca, tentunya akan mungkin untuk berinteraksi langsung dengan ayat tersebut. Yaitu dengan bertasbih ketika melewati ayat tasbih, dan berdoa ketika melewati ayat yang mengandung permintaan, berta'awwudz (meminta perlindungan) ketika melewati ayat yang mengandung perlindungan, memohon surga ketika melewati ayat surga, dan berlindung dari neraka ketika melewati ayat yang membicarakan tentang neraka dan kedahsyatan siksanya.
Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari Hudzaifah radliyallah 'anhu, berkata,
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ . . . فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ
"Suatu malam aku shalat bermakmum kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau membaca Al-Qur'an dalam shalatnya dengan berlahan (tidak tergesa-gesa). Apabila beliau sampai pada ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih. Apabila sampai pada ayat yang mengandung permintaan, beliau meminta (berdoa). Dan apabila sampai pada ayat yang mengandung perlindungan, beliau berta'awwudz (memohon perlindungan)." (HR. Muslim, no. 772)
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَكَانَ إِذَا مَرَّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ سَأَلَ، وَإِذَا مَرَّ بِآيَةِ عَذَابٍ تَعَوَّذَ، وَإِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيْهَا تَنْزِيْهٌ لِلَّهِ سَبَّحَ
"Suatu malam aku shalat bermakmum kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka apabila sampai pada ayat rahmat, beliau meminta rahmat. Apabila sampai pada ayat adzab, beliau berlindung darinya. Dan apabila sampai pada ayat yang di dalamnya mengandung makna menyucikan Allah, beliau membaca tasbih." (HR. Imam al-Marwazi dalam Ta'dzim Qadris Shalah. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami', no. 4782)
Sebagian ulama salaf juga membaca ayat dengan diulang-ulang karena terkesan dengan makna dan kandungannya. Hal ini tidak lain karena mereka memahami apa yang mereka baca. Qatadah bin al-Nu'man, seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, melakukan qiyamullailnya tanpa membaca surat apapun, kecuali surat Al-Ikhlash yang dibacanya berulang-ulang. (Atsar riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Baari 9/59 dan Ahmad dalam Musnadnya III/43)
Sa'id bin 'Ubaid al-Thaiy telah meriwayatkan sebuah atsar, ia pernah mendengar Sa'id bin Jubair mengimami pada bulan Ramadlan. Pada shalat tersebut, Sa'id hanya membaca ayat berikut ini secara berulang ulang,
فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ  إِذِ الْأَغْلَالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلَاسِلُ يُسْحَبُونَ  فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ
"Kelak mereka akan mengetahui,ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api." (QS. Al-Mukmin: 70-72)
Al-Qasim telah meriwayatkan bahwa dia pernah melihat Sa'id bin Jubair melakukan qiyamullail dengan hanya membaca ayat,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
"Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)." (QS. Al-Baqarah: 281) dan beliau mengulang-ulang bacaan ayat ini sampai 20 kali lebih.
Seorang laki-laki dari Bani Qais yang dikenal dengan Abu Abdullah telah meriwayatkan, "Pada suatu malam kami menginap di rumah Al-Hasan (al-Bashri), maka di tengah malam ia bangun dan shalat. Dan ternyata yang dibacanya hanyalah ayat berikut secara berulang-ulang hingga waktu sahur, yaitu firman Allah,
وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Qs. Ibrahim: 34)
Pada pagi harinya kami bertanya, "Wahai Abu Sa'id, mengapa engkau tidak melampaui ayat ini dalam bacaan sepanjang malam?" Al-Hasan menjawab, "Aku memandang ayat ini mengandung pelajaran yang mendalam. Karena tidaklah aku menengadahkan pandangan mataku dan tidak pula menundukkannya, melainkan pasti melihat nikmat. Sedangkan nikmat-nikmat Allah yang belum diketahui, masih sangat banyak." (Al-Tadzkirah, karya Imam al-Qurthubi, hal. 125)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid juga menjelaskan bahwa meragamkan bacaan surat, ayat, dzikir, dan do'a dalam shalat bisa membantu menghadirkan kekhusyu'an. Namun, kekhusyu'an ini tidak akan diperoleh kecuali oleh orang yang mengetahui maknanya dan memahami kandungannya, sehingga ketika ia membacanya seolah dia sendiri yang bermunajat dan meminta kepada Allah secara langsung.
Berikut ini kekhusyu'an Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam shalatnya sehingga tumbuh rasa takutnya kepada Allah sampai-sampai air mata beliau tertumpah membasahi bumi. Diriwayatkan dari 'Atha, dia dan 'Ubaid bin 'Umair pernah datang menemui 'Aisyah radliyallah 'anha. Kemudian 'Ubaid berkata, "Ceritakanlah kepada kami hal yang paling menakjubkan yang pernah Anda lihat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?"
'Aisyah menangis lalu becerita, "Pada suatu malam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bangun, lalu berkata, "Hai 'Aisyah biarkan aku menyembah Tuhanku malam ini, sesungguhnya aku suka dekat denganmu dan aku menyukai apa yang engkau sukai."
'Aisyah melanjutkan kisahnya, "Sesudah itu beliau bangkit dan berwudlu', lalu berdiri untuk shalatnya. Beliau terus-menerus menangis dalam shalatnya sehingga pangkuannya basah, dan terus menangis hingga tanahnya basah. Setelah itu Bilal datang untuk memberitahukan akan masuknya waktu Shubuh. Tetapi, setelah Bilal melihat beliau menangis, maka ia bertanya, "Wahai Rasulullah, Anda menangis, padahal Allah sudah mengampuni semua dosamu yang terdahulu dan yang kemudian?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab,
أَفَلاَ أَكُوْنَ عَبْدًا شَكُوْرًا، لَقَدْ نَزَلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ آيَةٌ، وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرْ فِيْهَا (إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ. . . . الآية كُلُّهَا
"Tidak bolehkan aku menjadi hamba yang banyak bersyukur? Sesungguhnya malam ini telah diturunkan kepadaku beberapa buah ayat. Celakalah bagi orang membacanya tapi tidak memikirkan makna yang terkandung di dalamnya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi . . . (QS. Al-Baqarah: 164) seluruhnya." (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Al-Albani dalam Al-Shahihah, no. 68, menyatakan sanad hadits ini jayyid –baik-)
Mengetahui dan memahami makna apa yang dibaca di dalam shalat menjadi sarana wajib untuk bisa merenungkan dan mentadabburi setiap gerakan dan zikir-zikir dalam shalat. Dari perenungan dan tadabbur yang mendalam ini akan memunculkan sentuhan jiwa sehingga matapun akan bisa menangis. Allah berfirman tentang Ibadurrahman,
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
"Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta." (Q.S Al-Furqan 73)
Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya Al-Shalah, pernah menyatakan: "Ada satu hal ajaib yang dapat diperoleh oleh orang yang merenungi makna-makna Al-Qur'an. Yaitu keajaiban-keajaiban Asma dan Sifat Allah. Itu terjadi, tatkala orang tadi menuangkan segala curahan iman dalam hatinya, sehingga ia dapat memahami bahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu memiliki tempat (bukan dibaca) di setiap gerakan shalat. Artinya bersesuaian. Tatkala ia tegak berdiri, ia dapat menyadari ke-Maha Terjagaan Allah, dan apabila ia bertakbir, ia ingat akan ke-Maha Agung-an Allah." Wallahu a'lam Bis shawab. . [PurWD/voa-islam.com]